Newcastle v Manchester City menggarisbawahi masalah yang melekat dalam sepakbola

Newcastle v Manchester City menggarisbawahi masalah yang melekat dalam sepakbola

Sudah seminggu lagi pencarian jiwa untuk sepak bola. Apa permainannya, untuk apa dan milik siapa? Dengan sembilan pertandingan Liga Premier ditunda dalam seminggu terakhir dan Dr Nikki Kanani, direktur medis perawatan primer untuk NHS Inggris, menyarankan bahwa menghadiri pertandingan adalah risiko yang tidak perlu, kembalinya ke pengurangan kehadiran, pertandingan tertutup atau bahkan skorsing telah menjadi berbeda. kemungkinan.

Kembali ke protokol Project Restart mungkin cukup untuk menghentikan penyebaran virus di antara para pemain, tetapi jika tidak, melanjutkan tidak dapat dibenarkan. Thomas Frank dari Brentford telah meminta pemutus sirkuit tetapi berpotensi mendorong akhir musim ke musim panas tidak mudah karena penutupan musim yang terpotong untuk mengakomodasi Piala Dunia November. Dalam sepak bola, seperti di banyak bidang lainnya, pandemi telah mengungkap bahaya jangka pendek yang serakah dan solusi kerja paksa untuk masalah sistemik.

Yang jelas keinginan untuk sepak bola. Selama penangguhan 100 hari pada penguncian pertama, seperti pada perang dunia kedua ketika liga ditutup, hanya untuk kompetisi lokal yang dibuka dalam waktu satu bulan, perlunya sepak bola sebagai hiburan dan pengalih perhatian, sebagai acara komunal untuk memberi kami sesuatu untuk didiskusikan, dengan cepat menjadi jelas. CS Lewis mengamati bahwa kita membaca agar tidak merasa sendirian; di era modern sepak bola memiliki fungsi yang sama.

Itulah pembenaran romantis untuk dominasi sepakbola atas media dan budaya modern. Dan ada sesuatu yang luar biasa dalam hal itu, di seluruh dunia, orang-orang akan menyaksikan Tottenham vs Liverpool pada Minggu sore. Ekspresikan skeptisisme tentang Cristiano Ronaldo atau José Mourinho dan pelecehan akan datang dari seluruh penjuru dunia. Sepak bola benar-benar universal.

Tapi itu juga membuatnya berpotensi menguntungkan dan berpengaruh – dan itulah mengapa begitu banyak permainan yang tidak disukai. Mendengar keluhan kepentingan diri sendiri dari berbagai klub papan atas setelah tinjauan yang dipimpin oleh penggemar menyerukan regulator independen membuat gagasan bahwa pemilik mana pun memiliki kebaikan yang lebih luas dari permainan di hati. Dan itulah tema lain minggu ini: konsekuensi suram dari daya tarik sepakbola sebagai alat kekuatan lunak.

Pertama ada berita bahwa Abdullah Ibhais, mantan manajer media di Komite Tertinggi pengiriman dan warisan untuk Piala Dunia 2022, telah dipenjara di Qatar selama tiga tahun. Dia awalnya dihukum dan dijatuhi hukuman lima tahun pada bulan April karena suap setelah pengakuan yang dia katakan diambil di bawah paksaan.

Tidak ada bukti yang dihadirkan di persidangannya dan dia mengklaim bahwa dia tidak diberi akses ke pengacara. Dia mengajukan banding dan dibebaskan, tetapi kemudian ditangkap kembali sebelum dia dijadwalkan untuk berbicara dengan penyiar negara Norwegia NRK. Majalah Josimar telah melaporkan bagaimana penangkapan pertamanya terjadi setelah dia menolak untuk memutar cerita tentang pekerja migran yang pergi berbulan-bulan tanpa bayaran dalam pertukaran WhatsApp dengan anggota senior Komite Tertinggi.

Terlepas dari kengerian pribadi dari kisah Ibais, pesan WhatsApp meragukan klaim resmi tentang keselamatan dan perlakuan terhadap pekerja migran. Tak seorang pun harus percaya Piala Dunia tahun depan mewakili apa pun selain sepak bola yang digunakan sebagai simbol status oleh negara represif di mana homoseksualitas tetap ilegal dan hak-hak perempuan sangat dibatasi.

Lalu ada berita bahwa spekulan cryptocurrency AS berencana untuk berinvestasi di Bradford City, menawarkan model kepemilikan baru berdasarkan token yang tidak dapat dipertukarkan. Untuk semua pembicaraan sentimental tentang “cerita komunitas”, komunitas itu adalah investor global, bukan penggemar lokal yang telah mendukung klub selama beberapa dekade – aset sipil lain dijual kepada investor tanpa merasakan Bradford, sejarahnya, atau lingkungannya.

Sementara itu, Minggu, akan melihat pertemuan pertama Newcastle United dan Manchester City sejak pertandingan itu menjadi pertarungan Arab Saudi dan Abu Dhabi. Seharusnya ada kemarahan bahwa dua institusi lokal yang dibanggakan telah diambil alih oleh negara asing (OK, negara asing dan dana investasi publik yang pasti, kategoris tidak sama dengan negara dan Liga Premier memiliki jaminan yang mengikat secara hukum untuk membuktikannya) untuk alasan sikap diplomatik.

Tapi sejauh ini kita telah mundur ke kesukuan egois bahwa penggemar menyambut tuan jauh mereka, terlepas dari catatan hak asasi manusia yang mengerikan, karena mereka menjanjikan sepak bola kelas tinggi. Harga jiwa seorang penggemar? Penunjukan Eddie Howe dan bau James Tarkowski.

Namun, menyalahkan penggemar berarti hanya mengatasi gejala yang paling terlihat. Ada masalah yang melekat dalam sepak bola: jika Anda menang Anda mendapatkan lebih banyak hadiah uang dan lebih banyak orang ingin menonton Anda, yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan melalui penerimaan gerbang, hak siar televisi, barang dagangan, sponsor dan iklan. Lebih banyak uang berarti pemain yang lebih baik berarti lebih banyak kesuksesan berarti lebih banyak uang dan, tanpa batasan gaji, kecuali ada beberapa bentuk redistribusi, siklus pemenuhan diri sendiri sampai hanya segelintir klub yang dapat bersaing.

Satu-satunya cara bagi klub luar untuk menjembatani kesenjangan adalah dengan intervensi dari seorang sugar daddy, dan karenanya mereka disambut sebagai pengganggu anti-kapitalis yang tidak masuk akal bahkan jika mereka memiliki gergaji tulang di saku mereka. Begitu tidak enaknya hasil panen pemilik saat ini sehingga hedge fund tampak seperti orang baik; itu cukup untuk membuat Anda merindukan pengangkut sinis dan dealer besi tua.